BeritaParlemen

EISLS 2025: BEM UNG Teguhkan Peran Mahasiswa Kawal Isu Pertambangan Berkelanjutan

24

Seminar Nasional Eastern Indonesian Student Leader Summit (EISLS) 2025 yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (BEM UNG) menghadirkan diskusi strategis mengenai masa depan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan di kawasan timur Indonesia.

Pada Sesi II, forum ini menyoroti tema “Hutan, Pemuda, dan Masa Depan Hijau: Meneguhkan Peran Generasi Muda dalam Transisi Ekonomi Berkelanjutan” yang menjadi salah satu bagian paling substansial dalam keseluruhan rangkaian kegiatan.

Sesi yang berlangsung di Grand Ballroom UTC Damhil pada Sabtu (29/11/2025) ini menghadirkan tiga narasumber lintas sektor yang selama ini aktif mengadvokasi isu lingkungan, yakni Alfian K. Hamzah, S.H., M.H. (Founder RAM Connection), Bivitri Susanti (Dosen Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera), dan Zul Kifli (Founder Catatan Bumi).

Mereka tampil membawakan pandangan kritis mengenai hubungan antara hutan, pembangunan ekonomi, serta tanggung jawab generasi muda dalam mengawal keberlanjutan.

Dalam pemaparannya, Alfian K. Hamzah menegaskan bahwa isu kehutanan saat ini telah menjadi fondasi utama bagi keberlanjutan ekonomi Indonesia Timur.

“Isu kehutanan bukan lagi sekadar persoalan lingkungan, tetapi masa depan ekonomi kawasan. Pemuda harus mengambil peran bukan sebagai penonton, tetapi sebagai penggerak perubahan,” ujarnya.

“Kalau kita tidak terlibat hari ini, kita akan kehilangan masa depan itu besok,” tambahnya.

Hal senada disampaikan oleh akademisi hukum, Bivitri Susanti, yang menekankan pentingnya tata kelola hukum dalam memastikan transisi ekonomi hijau berjalan dengan adil dan tidak merugikan masyarakat lokal.

“Transisi ekonomi berkelanjutan tidak mungkin terjadi tanpa penegakan hukum yang kuat. Generasi muda, terutama Gen Z, memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap etika dan keadilan. Ini modal besar untuk mendorong perubahan kebijakan,” ungkapnya.

“Perubahan besar selalu dimulai dari keberanian anak muda untuk bersuara,” tegasnya.

Sementara itu, Zul Kifli mengingatkan bahwa masyarakat adat harus ditempatkan sebagai aktor kunci dalam diskursus keberlanjutan.

“Ketika bicara masa depan hijau, kita tidak boleh mengesampingkan masyarakat adat yang sudah menjaga hutan jauh sebelum negara hadir,” katanya.

“Pemuda harus menjadi jembatan antara sains, kebijakan, dan realitas lapangan. Transisi ekonomi berkelanjutan tidak boleh hanya menjadi slogan,” lanjutnya.

Moderator pada sesi II ini, Ahmad Wijaya, S.H.M.H, menyimpulkan bahwa pengelolaan lingkungan adalah isu multilevel yang membutuhkan kolaborasi lintas generasi.

“Masalah lingkungan tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. Kolaborasi antarsektor dan antargenerasi adalah kunci. Dan hari ini, kita melihat mahasiswa menempati posisi signifikan dalam upaya itu,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia EISLS 2025, Farshah Paputungan, menyampaikan bahwa diskursus tentang lingkungan hidup, pertambangan, dan masa depan hutan Indonesia Timur merupakan isu masa kini yang membutuhkan perhatian serius dari generasi muda.

“Kami ingin forum ini menjadi ruang advokasi dan edukasi bagi mahasiswa untuk memahami bagaimana pembangunan harus berjalan beriringan dengan perlindungan lingkungan,” ungkap Farshah.

“Isu keberlanjutan adalah isu generasi kita. Dan melalui EISLS, kami berharap mahasiswa semakin siap mengawal masa depan sumber daya alam Indonesia,” Pungkas Farshah.

Dengan berakhirnya Sesi II, EISLS 2025 semakin menegaskan posisinya sebagai wadah strategis mahasiswa Indonesia Timur dalam memperkuat kontribusi terhadap tata kelola lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Exit mobile version